Bussiness Case : Kunci sukses digital Marketing

Universitas Bina Nusantara

______________________________________________________________________

Jurusan Sistem Informasi
School of Information Systems
Tugas Paper
M0214 – Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Semester Genap tahun 2013/2014
Halaman Abstrak
Bussiness Case : Kunci sukses digital Marketing

Kelas / Kelompok: 06PKM / 05

Anggota Kelompok:
Arni Virani : 1501155411
Toni Sugino : 1501169865
Hendy Salim : 1501178522
Rendy Rinaldo : 1501188473
Jennifer Pauling : 1501189053
David Santoso : 1501194015

ABSTRAK
Kemajuan Teknologi Informasi membawa dampak transformasional yang menciptakan paradigma baru dalam bisnis dalam bentuk digital marketing. Penerapan e-Marketing atau digital marketing sangat membantu perusahaan dalam berkompetisi di era pasar bebas. Untuk itu, perusahaan perlu mendapatkan informasi tentang persepsi pelanggan dalam menilai e-marketing atau digital marketing yang dimilikinya (website). Seperti pemasaran telah menjadi alat yang sangat penting bagi setiap industri untuk mencapai konsumen itu menjadi sangat kompleks untuk memutuskan apa yang media yang tepat untuk pemasaran. Ketika dunia telah dimodernisasi secara dramatis dalam dekade terakhir media digital telah mencapai setiap rumah dan karenanya menjadi wahana yang sangat penting untuk pemasaran.

Kata kunci: E-Marketing, Digital Marketing, Teknologi Informasi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Digital marketing era adalah sebuah era di mana setiap perusahaan berlomba-lomba untuk memasarkan produknya bukan lagi dengan cara konvensional (offline), seperti melalui iklan TV, radio, koran, baliho, dll, melainkan dengan cara online, seperti online store, e-mail, ad-banner, social network, dll. Survei tahun 2011 di negara Inggris terhadap ratusan perusahaan besar membuktikan bahwa budget perusahaan untuk biaya kampanye online marketing sudah melebihi budget untuk offline marketing. Ada anggapan bahwa media digital bisa memberikan segala kemudahan bagi konsumen.
Tetapi, pada kenyataannya, karena terlalu banyaknya jenis media digital, konsumen menjadi bingung. Ironisnya, bahwa setiap hari selalu ada jutaan jenis promosi melalui media digital dari seluruh dunia yang di-launch oleh perusahaan, baik kecil maupun besar. Seorang marketer memiliki peran penting untuk membuat strategi digital marketing-nya selalu tampil beda dibanding milik perusahaan lainnya. Semakin beda dan unik suatu strategi marketing, maka akan semakin memudahkan konsumen untuk mengingat perbedaan tersebut. Hal ini bertujuan agar konsumen tidak kesulitan lagi saat mencari informasi dan transaksi via media digital, karena mereka telah mengingat perbedaan itu lebih dulu.

Sebelum kita pahami cara membuat perbedaan itu, ada baiknya kita melihat dulu perkembangan dunia digital sejak tahun 1900 hingga sekarang. Dengan memahami perkembangan yang ada, maka kita dapat melakukan digital marketing dengan lebih tepat. Sejak tahun 1900 perkembangan dunia digital sebenarnya telah dimulai, walaupun bentuknya masih sangat primitif. Beberapa contohnya adalah berupa telepon, radio, dan telegram. Orang tidak perlu lagi repot untuk ketemu, atau mengirimkan pesan melalui surat yang memakan waktu lama untuk pengirimannya. Dengan adanya telepon, radio, dan telegram pada waktu itu, jarak antar tempat di belahan dunia lain serasa lebih dekat dari sebelumnya. Aktivitas marketing yang paling banyak dilakukan pada masa ini adalah memasarkan produk melalui iklan di radio.

Karena tidak semua rumah memiliki telepon permanen, maka aktivitas tele-marketing pada masa ini belum terlalu booming. Tahun 1950-an mulai muncul televisi hitam putih. Industri musik dan film mulai menggeliat pada masa ini. Aktivitas pemasaran melalui iklan di media televisi pun mulai bermunculan. Iklan Coca-Cola versi hitam putih pertama kali ditayangkan di TV pada akhir 1950-an. Tahun 1980-an dunia mengalami satu lagi kemajuan teknologi, yakni dengan hadirnya mesin Facsimile. Surat tidak perlu lagi dikirim melalui pos, cukup melalui mesin Fax, surat tersebut dapat tiba dalam waktu sekian detik saja. Aktivitas surat-menyurat antar perusahaan menjadi lebih cepat. Akibatnya, perkembangan industri pada masa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Amerika, Jepang, dan negara-negara di Eropa terhubung menjadi satu kekuatan ekonomi yang hebat saat itu.

Tahun 1995, dunia mulai mengenal adanya internet. Tampilan website pada waktu itu masih sangat statis dan sederhana. Fungsi website hanyalah untuk media informasi saja. Perusahaan menggunakan website untuk mengenalkan pada dunia bahwa dirinya memiliki produk dengan fitur dan manfaat seperti apa saja. Informasi hanya bersifat satu arah, sebab si pembaca web tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan perusahaan tersebut misal jika ada pertanyaan dan sebagainya, maka perusahaan tersebut tidak bisa langsung menjawabnya. Selain internet dan email sebagai sarana surat-menyurat, pada masa itu setiap orang juga mulai memiliki handphone pribadi, walaupun fungsi handphone saat itu hanya bisa digunakan untuk telepon dan SMS saja.

Tahun 2000 hingga 2005, internet terus mengalami perkembangan, Google sebagai mesin pencari mulai disukai banyak orang, karena fungsinya yang sangat berguna. Aplikasi teknologi wireless untuk perang juga mulai dikomersilkan. Buktinya pada masa itu mulai bermunculan laptop dengan fitur bluetooth dan wi-fi. Aktivitas marketing secara online mulai marak. Website portal berita dan informasi mulai menjual ‘kapling-kapling’ banner-nya untuk logo dan promosi perusahaan. Tarif pay-per-click (PPC) sangat disukai karena selain lebih murah, setiap perusahaan tidak perlu bayar ke penyedia layanan itu jika ternyata tidak ada orang yang akses ke link web-nya.

Tahun 2005-2010 perkembangan social networking, seperti Facebook berhasil mengubah tatanan digital marketing yang ada. Melalui Facebook, semua orang yang sudah lama tidak jumpa, bisa ketemu, ngobrol, dan berhubungan dengan jarak yang lebih dekat. Akhirnya tablet PC yang hadir pada tahun 2010-an seperti iPad, Galaxy Tab, dll mampu menjadi benang merah yang menghubungkan perkembangan teknologi sejak tahun 1900 hingga sekarang. Mengapa demikian? Dengan menggunakan tablet PC, kita dapat telepon, mendengar radio, melihat TV, video, browsing website, mengirimkan email, SMS, MMS, mengirimkan data via bluetooth, koneksi wi-fi, melakukan social networking, main game, dan banyak lagi hal lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu di sini. Apakah ini akhir dari Digital Marketing Era? Di mana kita bisa melakukan bisnis hanya dengan bantuan satu alat saja? Melakukan bisnis di mana saja? Kapan saja? Jawabannya tentu tidak, masa sekarang adalah awal dari kebangkitan Digital Marketing Era.

Tahun 2020, prediksi yang diberikan oleh The Chartered Institute of Marketing, UK, bahwa perkembangan marketing akan jauh lebih pesat dari sekarang. Akan ada TV 5 dimensi, di mana kita dapat melihat, mendengar, mencium, meraba, dan mengecap apa yang ditampilkan di TV tersebut. Akan ada juga komputer yang mampu mengerjakan semua perintah yang kita berikan, cukup menyambungkan komputer ke bagian syaraf otak kita, sehingga kita tidak perlu lagi susah payah mengetik di keyboard dan menggerakan mouse. Dan akan ada portable printer yang mampu mencetak produk bentuk 3D, jadi tidak lagi hanya print-out gambar 2D di atas selembar kertas. Kembali ke pertanyaan saya di awal, yakni bagaimana cara membedakan diri kita dibandingkan kompetitor ? Jawabannya adalah selalu gunakan konsep digital marketing yang dinamis, yang tepat guna untuk masa sekarang, namun masih tepat sasaran untuk masa mendatang. Kuncinya adalah selalu mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam merumuskan strategi digital marketing di setiap zaman yang akan kita lalui bersama.

1.2 Ruang Lingkup

Untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu meluas, maka kami membatasi pembahasan masalah pada Ruang lingkup yang lebih spesifik dan terdekat yakni Penerapan Digital Marketing di Tesco / Homeplus.
Kami membatasi masalah dengan mengetahui keefektifan penerapan digital marketing pada Tesco / Homeplus , mengetahui permasalahan yang dihadapi , dan perencanaan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dasar yang ingin dicapai dalam penyusunan karya tulis ini adalah:

1. Memahami pentingnya penerapan Digital Marketing pada Tesco/ HomePlus
2. Mengetahui masalah- masalah pada penerapan Digital Marketing.

Sedangkan beberapa manfaat yang diperoleh sebagai hasil evaluasi dalam karya tulis ini, antara lain:

1. Mengetahui manfaat penerapan Digital Marketing pada Tesco / Homeplus.
2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dan dampak signifikan pada Tesco / Homeplus.

1.4 Metodologi Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini dipergunakan berbagai informasi pendukung berdasarkan metode studi kepustakaan yang diperoleh melalui berbagai sumber, seperti buku penunjang mengenai ITIL Framework, jurnal-jurnal online yang mengupas topik tentang pemanfaatan ITIL Framework di PT. Tridas Widiantara , skripsi, dan beberapa website yang menyediakan informasi mengenai pemanfaatan ITIL Framework. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber ini akan dibuat seebuah pembahasan tentang evaluasi penerapan ITIL Framework pada PT. Tridas Widiantara dan kemudian akan dibuat kesimpulan dan saran untuk pengembangan selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Karya tulis ilmiah ini terdiri atas beberapa bab pembahasan, yaitu :

• BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelas mengenai pemahaman awal tentang teknologi secara umum dan secara khusus mengenai penerapannya di dunia nyata, yang terdiri atas latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat penulisan, serta metodologi penulisan laporan.

• BAB 2 : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan teori-teori umum hingga teori khusus yang dijadikan sebagai dasar pengetahuan untuk memahami pengertian, strategi, tingkatan, tantangan dan menjadi kunci sukses marketing

• BAB 3 : PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan pembahasan inti tentang business case

• BAB 4 : PENUTUP
Bab ini akan memaparkan kesimpulan dari keselurhan pembahasan mengenai pembahasan kasus digital marketing, serta memaparkan beberapa saran untuk solusi atas permasalahan mengenai digital marketing.

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Teori umum
2.1.1 System Analyst
Seorang System Analyst merupakan seseorang yang mengembangkan system. Seorang System Analyst mempelajari masalah dan kebutuhan / requirement dari system yang ingin di bangun. Seorang System Analyst dapat didefinisikan sebagai :
• Seseorang yang menggunakan pengetahuannya tentang aplikasi komputer yang dimilikinya untuk memecahkan masalah – masalah bisni dibawah petunjuk seorang manager system (PM).
• Seseorang yang bertanggung jawab untuk menterjemahkan kebutuhan – kebutuhan user kedalam sebuah spesifikasi tehnik yang diperlukan oleh seorang programmer yang membuatnya dan diawasi oleh seorang project manager.
(Jogiyanto, 1990)
Pengertian seorang project manager dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Pengertian System Analyst

2.1.2 Fungsi / peran System Analyst
Seorang System Analyst memiliki beberapa fungsi dalam pembuatan suatu system, yaitu :
• Mengidentifikasikan masalah yang sedang dihadapi suatu perusahaan / user
• Menberikan sasaran secara spesifik tentang sasaran yang inigin dicapai untuk memenuhi kebutuhan user.
• Memiliki alternative – alternative metode pemecahan masalah
• Merencanakan dan menerapkan rancangan systemnya sesuai dengan permintaan dan kebutuhan suatu perusahaan / user.
(Jogiyanto, 1990)

2.1.3 Konsep Analisis System Informasi

Konsep Analisis system informasi merupakan sebuah kegiatan pengembangan terhadap sebuah system dengan menguraikan / membagi system kedalam komponen – komponen untuk diidentifikasi dan dievaluasi terhadap kelemahan – kelemahan system, kebutuhan perushaan terhadap suatu system, peluang untuk pengembangan system, maupun kesalahan – kesalahan yang terjadi dalam sebuah system. Ada kerangka dalam menganalisis suatu system informasi, yaitu :
• Pengembangan ANSI
• Penguraian / pembagian
• Identifikasi dan evaluasi
– Kelemahan
– Kebutuhan
– Peluang
– Kesalahan
– Perubahan pengembangan system
– Control system
• System lama sebagi pembanding
• Standarisasi (Burch, 1992)
2.1.4 Informasi
Menurut rainer. K.R., Jr, (2007, p5), Informasi mengacu pada data yang telah teorganisir sehingga data memiliki makna dan nilai kepada penerima.
Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpilkan bahwa informasi adalah kumpulan data-data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih dimengerti dan bermakna bagi si penerima.

2.1.5 Sistem Informasi
Menurut Rainer. K.R., Jr, (2007, p6), Sistem Informasi adalah sebuah proses yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu.
Menurut Satzinger et al., (2005, p7), Sistem Informasi adalah kumpulan komponen yang dihubungkan melalui proses pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan hasilnya akan menjadi informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi tugas bisnis.
Menurut Satzinger et al,. (2005, p7-8), Sistem Informasi terdiri dari komponen-komponen penting, antara lain sebagai berikut :
1. Hardware (perangkat keras)
Adalah sekumpulan perangkat keras yang digunakan untuk menerima data dan informasi, memprosesnya, dan menampilkannya kembali.
2. Software (perangkat lunak)
Adalah koleksi atau sekumpulan program yang dapat memerintah hardware-hardware yang ada untuk memproses data.
3. Database (basis data)
Adalah basis data yang berisikan dari sekumpulan file atau table yang berkaitan dan berhubungan antara satu sama lain, dan di dalam file atau table tersebut berisikan data.

4. Network (jaringan komputer)
Adalah sebuah system jembatan perhubung, baik menggunakan kabel (wireline) mapupun tanpa menggunakan kabel (wireless) yang memiliki peranan penting dalam menghubungkan beberapa komputer yang berbeda untuk berbai sumber daya yang mereka miliki.
5. Procedure (prosedur)
Adalah sebuah instruksi, aturan, dan prosedur yang berisikan cara bagaimana menggabungkan komponen-komponen diatas dalam rangka memproses informasi dan menghasilkan apa yang diinginkan
6. People (orang)
Adalah sumber daya manusia yang akan mengoperasikan hardware dan software, berhubungan dengan mereka dan menggunakan hasil dari pemrosesan tersebut.

Gambar 2.1 Komponen Sistem Informasi

2.1.6 SWOT Analysis

Kekuatan (Strength), kelemhan (Weakness), Peluang (Opportunity), dan ancaman (threat) SWOT Analysis menganalisi keadaan secara menyeluruh dalam suatu perusahaan (enterprise) dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dari suatu perusahaan yang dapat mengungkapkan area yang dapat di improve (kembangkan) dan fokus.
(Bernard, 2012)

Contoh pemakaian SWOT Analysis :

Faktor Eksternal

Faktor internal

Kekuatan (Strength)
S1. Komunitas user
S2.Hubungan baik
S3.Keterlibahan leadership
S4.In-House Technology
S5.Legacy Architectur Kelemahan (Weakness)
W1.Policy
W2.IT Skill – System
W3. IT –Skill – Process
W4.Enterprise architecture
Peluang (Opportunity)
O1. Contracting
O2.Teknologi baru
O3.Partnership
SO

S5/O2 : Legacy web portal
S5/O2 : Security WO

W4/O3 : EA Sharing
Ancaman (Threat)
T1.Funding
T2.Market driver
T3.IT Adoption rate

ST

S1/T2 :FED requirement
S1/T3 : IT awareness WT

W4/T1 : Funding data
Gambar 2.2 SWOT Analysis

2.1.7 Five Forces Model Porter
Menurut Kiki (2009) Five Forces Model Porter adalah strategi bisnis yang digunakan untuk melakukan analisis dari sebuah struktur lternat. Analisis tersebut dibuat berdasarkan 5 kekuatan kompetitif yaitu:

1. Masuknya Kompetitor. Bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk lternativ baru untuk mulai bersaing lternat yang sudah ada
2. Ancaman Produk atau Jasa pengganti. Cara mudah masuknya produk atau jasa yang dapat menjadi lternative dari produk atau jasa yang sudah ada, khususnya yang dibuat dengan biaya lebih murah.
3. Daya tawar dari pembeli. Bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli mempunyai kekuatan utk menentukan kemana dia akan melakukan transaksi.
4. Daya tawar dari supplier. Bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada banyak supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi mereka memonopoli supply barang.
5. Persaingan di antara pemain yang sudah ada. Bagaimana kuatnya persaingan diantara pemain yang sudah ada.Apaka ada pemain yang sangat dominan atau semuanya sama.

Terkadang ditambahkan kekuatan kompetitif yang ke-enam yaitu
6. Pemerintah

Gambar 2.3 Porter’s Five Competitive Forces

2.1.8 Risiko
Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Menurut Arthur J. Keown (2000), risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar).
Sedangkan menurut Lubis(2011) definisi risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi.

Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997: 18) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:
1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian)
Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan Kerugian. sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu.

2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif
3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)
Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian.
Maka dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti dan berkemungkinan besar mengakibatkan hal yang negatif.

2.1.9 Solusi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, solusi (so•lu•si) adalah sebuah penyelesaian, pemecahan (masalah, dsb) atau jalan keluar.

Menurut artikel dari ikhtisar.com solusi adalah aktivitas penting dalam penyelesaian masalah yang ada, dan merupakan kegiatan yang bersifat Praktis, Taktis serta Strategis. Maka dapat disimpulkan solusi adalah sebuah cara untuk menyelesaikan pemasalahan yang ada.

2.2 Langkah-Langkah dalam Analisa Sistem

Menurut Purjanto (2009) analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Tahap analisis sistem ini merupakan tahap yang sangat kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya. Tugas utama analis sistem dalam tahap ini adalah menemukan kelemahan-kelemahan dari sistem yang berjalan sehingga dapat diusulkan perbaikannya.

Di dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem :
1. Identify
Mengidentifikasi (mengenal) masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap analisis sistem. Masalah (problem) dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan yang diinginkan untuk dipecahkan.

2. Understand
Langkah kedua dari tahap analisis sistem adalah memahami kerja dari sistem yang ada. Langkah ini dapat dilakukan dengan mempelajari secara terinci bagaimana sistem yang ada beroperasi. Untuk mempelajari operasi dari sistem ini diperlukan data yang dapat diperoleh dengan cara melakukan penelitian.

3. Analyze
Langkah ini dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Menganalisis hasil penelitian sering sulit dilakukan oleh analis sistem yang masih baru. Pengalaman menunjukkkan bahwa banyak analis sistem yang masih baru mencoba untuk memecahkan masalah tanpa menganalisisnya.
4. Report
Setelah proses analisis sistem ini selesai dilakukan, tugas berikutnya dari analis sistem dan timnya adalah membuat laporan hasil analisis. Laporan ini diserahkan kepada steering committe (komite/panitia pengarah pengembangan sistem) yang nantinya akan diteruskan ke manajemen. Pihak manajemen bersama-sama dengan panitia pengarah dan pemakai sistem akan mempelajari temuan-temuan dan analisis yang telah dilakukan oleh analis sistem yang disajikan dalam laporan ini.

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus
Pasar Korea Selatan merupakan pasar besar yang sulit untuk ditaklukkan, bahkan Walmart dan Carrefour sudah merasakan kegagalan saat mencoba masuk ke pasar. Home Plus menjadi tantangan yang berat untuk dihadapi jika ingin mendominasi pasar Korea Selatan.

Home Plus mengadakan riset mengenai perilaku penduduk Korea Selatan, dan dari hasil riset ditemukan bahwa penduduk Korea Selatan merupakan penduduk dengan tingkat produktivitas yang tinggi sehingga berbelanja merupakan salah satu aktivitas yang dibenci karena dianggap hanya menghabiskan waktu mereka.

Korea Selatan merupakan negara dengan penetrasi internet yang tinggi—82,7% dan 40 juta pengguna internet. Di tahun 2009, hanya ada 470.000 pengguna smartphone di Korea Selatan. Pada Maret 2011, jumlah pengguna smartphone sudah mencapai 10 juta dan meningkat menjadi dua kali lipat (20 juta pengguna) di bulan Oktober 2011.

Home Plus melakukan inovasi pada channel strategy mereka. Home Plus tidak menggunakan strategi konvensional dengan menambah pegawai maupun jumlah toko, namun mereka berinovasi menggunakan digital channel. Home Plus meluncurkan ide “Let the store come to people”. Ide ini diwujudkan dengan menciptakan virtual store di subway.

Virtual store ini memiliki tampilan yang sangat mirip dengan tampilan di supermarket. Konsumen dapat melihat dan membeli barang yang diinginkan dengan melakukan scanning QR code melalui smartphone. Home Plus akan segera mengantarkan barang yang dibeli ke rumah mereka dalam waktu singkat.

Selama dilakukan campaign ini, penjualan online dari Home Plus meningkat 130%, jumlah member meningkat 76%, dan 10.287 konsumen mengunjungi mobile siteHome Plus melalui smartphone. Home Plus juga menjadi nomor 1 untuk online market dan nomor 2 di offline market.

3.2 Analisa Perusahaan
3.2.1 Profil Perusahaan
Home Plus adalah perusahaan ritel yang berasal dari Korea. Home Plus adalah anak perusahaan dari Tesco, sebuah perusahaan ritel yang berasal dari Inggris. Home Plus adalah perusahaan ritel terbesar kedua setelah Grup Shingsegae.

3.2.2 Bisnis Perusahaan
Homeplus beroperasi dengan mengadaptasi konsep hypermart serta proses sistem belanja online. Dengan kata lain, Home Plus menyediakan berbagai macam kebutuhan masyarakat dengan sistem pengantaran kerumah. Jadi, konsumen cukup memilih barang dan menunggu barang tersebut diantar ke tempat tujuan.
Home Plus menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, seperti pakaian, elektronik dan barang-barang pendukung lainnya. Home Plus juga menjual barang-barang seperti makanan cepat saji, tiket-tiket perjalanan wisata, obat-obatan atau bahkan buku-buku bacaan. Home Plus memang ingin membuat sebuah hypermart yang menyediakan berbagai kebutuhan dengan sistem online.
Pada tahun 2011, Home Plus membuka supermarket virtual yang pertama di dunia di Stasiun Seolleung dan jaringan kereta bawah tanah kota Seoul. Disebut virtual karena konsumen cukup memfoto QR code barang yang ingin dibeli yang tertera di dinding atau platforms ditempat yang disediakan. Konsumen cukup menunggu barang yang dibeli tadi dirumah dan akan diantar di hari yang sama.
3.3 Analisis SWOT
a. Kekuatan dan Peluang:
Bisnis perusahaan ini mampunyai keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan toko fisik yang perlu investasi dan pegawai yang harus di biayai dan akan membebani biaya penjualan produk secara keseluruhan. Sementara itu peluang muncul dengan sangat baik karena bertambahnya jumlah populasi penduduk dengan kategori tingkat ekonomi menengah yang sibuk dan melek teknologi. Dengan anaisa ini perusahaan akan mengembangan bisnisnya dengan membuka lebih banyak servise point/gudang untuk menjangkau lebih banyak pelanggan dan mempercepat pengiriman barang sampai pelanggan menjadi dalam hitungan jam saja.

b. Kelemahan dan Peluang:
Belum dikenalnya sistem belanja ini oleh masyarakat luas sementara jumlah pelanggan potensial begitu banyak dan belum tersentuh, maka perusahaan harus melakukan pengenalan sistem belanja yang baru dan memperkenalkanmobile shoping dan virtual shop dari Homeplus ini sebagai satu paradigma berbelanja yang baru dan lebih efisien. Untuk itu perusahaan akan menganggarkan biaya untuk melakukan promosi baik melalui media jejaring sosial, web site, sms, pamflet/banner dan media masa.

c. Kekuatan dan Ancaman:
Sebagai bisnis yang berbasis sistem informasi maka biaya penjualan (sales cost) akan lebih competitive dibandingkan dengan pasar swalayan. Akan tetapi jika pasar swalayan atau supermarket ini juga akan terjun menggunakan sistem yang sama dengan Homeplus untuk juga menjajakan produknya di dunia maya dengan sejenis virtual store mereka maka hal ini akan sangat mengancam keberlangsungan Homeplus. Oleh karena itu perusahaan akan melakukan pendekatan dengan perusahaan atau supermarket ini untuk menjalin kerjasama dengan melakukaninternetwroking.

d. Kelemahan dan Ancaman:
Ancaman akan masuknya pebisnis ritel besar ke model bisnis ini dengan kondisi sementara ini paradigma pelanggan belum berubah dari cara transaksi jual beli tradisional dan cara transaksi jual beli vitual untuk produk-produk kebutuhan pokok masih akan memberikan waktu bagi perusahaan untuk mengendalikan tingkat resiko dari kemungkinan tersebut. Akan tetapi, Homeplus harus tetap menjalankan strategi untuk mengajak bekerja sama para pemain retail yang ada sehingga saat paradigma model bisnis ini sudah diterima masyarakat Homeplus sudah siap dengan melakukan kerjasama dan mencegak ritel besar masuk ke model bisnis yang sama dengan Homeplus.
3.4 Model Lima Daya Saing Porter (Porter’s Five Competitive Force Model)
Salah satu tools untuk digunakan untuk menganalisa kondisi lingkungan perusahaan terhadap beberapa persaingan pasar yang sangat ketat. Porter lebih dalam menelaah potensi persaingan ini tidak hanya terjadi antara perusahaan dengan perusahaan kompetitor, tetapi juga terdapat persaingan lain yang perlu diperhatikan, seperti para pendatang baru, pembeli, pemasok, dan juga barang pengganti. Perusahaan harus mampu menganalisa berbagai jenis persaingan ini, menentukan dampakya bagi perusahaan, dan pada akhirnya membuat strategi untuk mengatasi kelemahan pasar dan meningkatkan potensi kekuatan pasar. Berikut adalah tabel lima daya saing Porter pada perusahaan Home Plus (anak perusahaan Tesco) di Korea Selatan.

Tabel 3.1 Lima Daya Saing Porter pada Home Plus Korea Selatan
No. Daya Saing Penjelasan Pengaruh
1. Perusahaan Kompetitor Saat Ini Home Plus bersaing dengan berbagai perusahaan ritel ternama di Korea Selatan seperti E-Mart, Lotte Mart, Costco. TINGGI
Terjadi perebutan pasar ritel Korea Selatan untuk menjadi nomor satu. Pesaing paling tangguh adalah E-Mart yang memiliki jumlah toko fisik (brick-to-mortar) terbanyak.
2. Pendatang Baru Pendatang baru berupa perusahaan ritel sejenis yang bisa menawarkan layanan yang lebih menarik, terutama terkait layanan elektronik yang menarik bagi masyarakat Korea Selatan. SEDANG
Pendatang baru cukup sulit untuk memahami pola pasar Korea Selatan dan harus memikirkan teknologi yang bisa dijangkau masyarakat Korea Selatan.
3. Kekuatan Pemasok Pemasok memiliki kekuatan untuk mengontrol pemasokan barang di Home Plus, baik dari segi harga maupun jumlah persediaan di toko. SEDANG
Pemasok sangat penting untuk menjamin kepuasan pembeli di Home Plus, tetapi posisi Home Plus sebagai salah satu tempat perbelanjaan yang digemari menjadikan banyak pemasok yang tertarik untuk bekerja sama, sehingga kekuatan kontrol pemasok tidak begitu kuat.
4. Kekuatan Pembeli Pembeli memiliki kekuatan untuk memilih produk atau layanan dari kompetitor lain dibandingkan Home Plus. TINGGI
Pembeli Korea Selatan sangat sensitif dikarenakan produktivitasnya tinggi dan jadwalnya padat, oleh karena itu Home Plus bersaing dengan kompetitornya dalam menyediakan layanan elektronik yang mampu menambah jumlah pembeli loyal, sehingga kekuatan memilih dari pembeli sangat kuat.
5.
Produk atau Layanan Pengganti Adanya produk atau layanan yang bisa menggantikan produk atau layanan yang ditawarkan Home Plus. TINGGI
Perusahaan ritel Korea Selatan kini berlomba-lomba membuat layanan elektronik yang bisa memudahkan pembeli dalam berbelanja, misalnya menggunakan smart card discount, online shopping, flying store agar pembeli lebih memilih untuk berbelanja pada perusahaan mereka.

3.5 Solusi yang diterapkan Home Plus Korea Selatan
Kondisi lingkungan pasar Korea Selatan unik serta sulit dijangkau dimana sebagian besar masyarakatnya sibuk, berproduktivitas tinggi, dan menganggap aktivitas belanja sangat menyita waktu. Selain itu, masyarakat Korea Selatan sangat mengikuti tren perkembangan teknologi informasi, hal ini terlihat pada riset yang menunjukkan bahwa pada Oktober 2011 pengguna smartphone di Korea Selatan mencapai 20 juta jiwa.

Berdasarkan fakta tersebut Home Plus mengambil dua pendekatan solusi, yaitu solusi terhadap customer service dan solusi terhadap teknologi. Kedua solusi ini diterapkan untuk mencapai sebuah misi yaitu “Menjadi ritel nomor satu di Korea Selatan tanpa menambah toko fisik”. Dan untuk mencapai misi tersebut tentunya diperlukan solusi yang inovatif untuk meningkatkan penjualan, mempertahankan pelanggan lama, dan menarik banyak pelanggan baru.

3.5.1 Solusi Customer Service
Solusi ini dikembangkan dengan sebuah konsep ide dasar unik, yaitu “Biarkan toko yang menemui pelanggannya”. Berdasarkan ide ini Home Plus berinisiatif untuk membuat toko virtual dengan implementasi pertama pada stasiun kereta api bawah tanah, tempat sebagian besar masyarakat Korea Selatan akan berlalu lalang saat beraktivitas. Artinya Home Plus ingin memberikan kemudahan bagi masyarakat Korea Selatan dalam berbelanja, dimana sambil menunggu kedatangan kereta, masyarakat bisa berbelanja kebutuhan melalui toko virtual ini dengan cepat dan mudah tanpa menggangu waktu beraktivitas mereka yang padat.

Toko virtual ini dibuat dengan menempelkan poster yang berisikan produk-produk yang dijual di toko fisik Home Store, disertakan harga dan QR code. Pembeli akan menggunakan smartphone untuk scan QR code produk yang diinginkan, pembelian terhadap semua barang kemudian akan diproses oleh staff Home Plus. Pembayaran dilakukan menggunakan credit card secara online dan pembayaran juga bisa menggunakan beberapa kupon penawaran menarik dari Home Plus.

Setelah melakukan pembayaran maka pesanan pembeli akan langsung diantar ke depan rumah mereka. Dalam hal ini, Home Plus mempunyai target bahwa pesanan harus sampai ke rumah pembeli secepatnya, misalnya pembeli melakukan pesanan pada siang hari di tengah kesibukan beraktivitas, maka Home Plus menargetkan pesanan akan sudah sampai ke rumah saat pembeli pulang beraktivitas. Melalui konsep toko virtual ini, masyarakat yang kurang menyukai aktivitas berbelanja tidak perlu lagi berbelanja di toko fisik yang sebenarnya, karena toko virtual ini sudah menyediakan produk yang sama seperti pada toko fisik, sehingga memberikan efisiensi waktu dan biaya kepada pembeli. Jadi ketika pembeli tidak memiliki waktu untuk mengunjungi toko fisik, kini Home Plus telah mengubahnya menjadi sebaliknya, toko virtual inilah yang akan menemui langsung para pembelinya.

3.5.2 Solusi Teknologi

Solusi toko virtual Home Plus pada dasarnya didukung oleh dua jenis teknologi yaitu mobile application, mengingat banyaknya pengguna smartphone di Korea Selatan dan QR Code untuk memberikan kode khusus pada setiap barang.

3.5.2.1 Mobile Application
Berdasarkan artikel teknologi pada http://www.journalofaccountancy.com/ (Drew:2013) menyebutkan bahwa mobile application adalah perangkat lunak yang didesain khusus untuk berjalan pada Sistem Operasi (OS) spesifik pada perangkat selaluler. Artinya pada dasaranya aplikasi native pada iOS tidak dapat beroperasi pada Android, dan sebaliknya.

Saat ini sudah bermunculan berbagai macam platform untuk aplikasi seluler, seperti iOS, Android, Blackberry, Windows Mobile, Symbian, dsb. Dengan dua platform terbaik yang paling bersaing ketat adalah iOS dan Android. Beberapa keuntungan dari mobile application menurut (Dixon:2013) pada artikelnya di http://info.groveis.com/ antara lain:
• Mengolah data secara real-time batanik berupa teks, foto, angka, tanda tangan, lokasi GPS, dan QR Code.
• Bekerja secara offline, ada beberapa mobile application yang bisa mensinkronisasi data secara offline, namun aplikasi mobile Home Plus masih bersifat online mengingat pada akhir transaksi akan dilakukan pembayaran.
• Terkustomisasi untuk kebutuhan hidup sehari-hari, aplikasi mobile Home Plus didesain untuk memenuhi kebutuhan berbelanja bagi masyarakat Korea Selatan.
• Branding Perusahaan, dimana sebuah aplikasi mobile akan menjadi merek legal miliki perusahaan, baik dari logo hingga fitur aplikasinya.
• Proses cepat dan mudah digunakan, aplikasi mobile Home Plus didesain dengan menu sesederhana mungkin sesuai kebutuhan proses bisnis sehingga para user novice sekalipun bisa menggunakannya dengan mudah.
• Pendaftaran mudah, pertama dengan mengunduh aplikasi di store platform perangkat seluler, kemudian memasukkan email dan data pribadi lainnya serta verifikasi pendaftaran melalui SMS atau email.

Aplikasi mobile Home Plus juga dilengkapi dengan fitur menarik seperti informasi mengenai event yang seperti promo, diskon, surprise delivery, dsb. Home Plus juga menyediakan Family Card untuk mempermudah transaksi pembeli.

Gambar 3.1 Tampilan Mobile Application Home Plus di Android

3.5.2.2 QR Code
Untuk mengidentifikasi barang apa saja yang dibeli melalui toko virtual Home Plus diperlukan sebuah QR Code pada tiap item barang, sehingga para staff Home Plus bisa mengidentifikasi jumlah dan jenis barang yang diinginkan.

Menurut(Rouse:2013) pada http://whatis.techtarget.com/, Quick Response Code (QR Code) adalah jenis barcode matriks dua dimenesi yang digunakan untuk menyediakan akses informasi yang mudah melalui smartphone. Dan QR Code ini pada dasaranya terdiri atas dua jenis static code dan dynamic code. Static code adalah kode yang tidak bisa diubah-ubah dan bisa discan oleh siapa saja, sedangkan pada Dynamic code kode bisa diubah-ubah dan bisa menargetkan akses pada individu tertentu saja.

Namun menurut (Narayanan:2012) QR Code berbeda dari barcode 2D biasanya dari segi jumlah data yang dikelolanya. Barcode hanya bisa menampung 20 digit angka, sedangkan QR Code matriks bisa menampung 7.089 karakter angka serta 4,296 karakter alphanumeric, dan 1,817 karakter kanji.

Gambar 3.2 Perbedaan Utama QR Code Matriks dan Barcode 2D (Narayanan:2012)

Berikut ini adalah alur proses bisnis menggunakan QR Code pada Home Plus:
1. Pembeli melakukan scan QR Code melalui smartphone pada produk yang ingin dibeli.
2. Staff Home Plus mengakses pembelian dan mempersiapkan barang-barang tersebut.
3. Proses packing secara aman dan higienis terhadap barang yang dibeli untuk mencegah kerusakan.
4. Barang yang sudah dipacking rapi akan dimasukkan ke dalam alat transportasi menuju alamat tujuan pembeli.
5. Pembeli langsung menerima pesanan di depan rumahnya,

Gambar 3.3 Alur Proses Bisnis QR Code Home Plus (Source: http://www.youtube.com/watch?v=nJVoYsBym88 )

3.5.3 Strategi Pendukung Home Plus
Selain kedua solusi di atas Home Plus juga membangun website untuk memperbanyak jalur transaksi dan penyampaian informasi kepada pelanggan, Selain itu, Home Plus juga secara interaktif melalui media masa ingin berkomunikasi dengan para pelanggannya terutama untuk menyampaikan informasi terbaru terkait produk, layanan, dan event terbaru.

Gambar 3.4 Website Home Plus (Source: http://www.homeplus.co.kr/)

Gambar 3.5 Media Masa Facebook Home Plus

3.6 Resiko dan Mitigasi

Terlepas dari keunggulan-keunggulannya, kegiatan digital marketing juga menghasilkan risiko yang harus dikelola oleh pelaku usaha. Berkaitan dengan platform dan perannya, risiko utama yang melekat pada digital marketing adalah cyber-security risk. Cyber-security risk adalah risiko yang disebabkan inefektivitas dari pengamanan digital, yang memungkinkan sistem digital dan informasi di dalamnya untuk dibajak oleh peretas dan tidak dapat berproses sesuai dengan keinginan pemilik sistem. Hal yang biasa terjadi adalah pencurian aset penting sebuah perusahaan seperti intellectual property, customer data maupun transaksi finansial yang berada di internet. Dan sangat penting diketahui oleh para pelaku bisnis, bahwa cyber-risk akan terus menerus berevolusi juga memiliki dampak yang besar seiring bertambah majunya tekonologi. Di era modern ini, cyber risk juga harus ditanggapi secara serius karena sifatnya intangible namun memiliki dampak yang besar terhadap perusahaan.

Selain risiko yang disebutkan di atas, digital marketing juga berpotensi menimbulkan risiko-risiko lain yaitu:
1. Risiko pemasaran
Risiko kegagalan pemasaran dapat terjadi akibat tidak efektifnya digital marketing yang dilakukan pelaku bisnis dalam menarik konsumen untuk membeli produknya. Kegagalan dapat terjadi akibat kesalahan konten pemasaran berkaitan dengan target dan segmen pasarnya, ketidakjelasan informasi, dan ketidakpercayaan konsumen.

2. Risiko fraud
Risiko penipuan muncul karena adanya kemungkinan praktik penipuan oleh penjual maupun pembeli.
Menghadapi risiko-risiko yang ditimbulkan dari kegiatan digital marketing, pelaku bisnis harus dapat bersifat proaktif dengan cara menerapkan manajemen risiko dalam usaha melindungi dan menciptakan nilai tambah bagi usahanya. Dalam menangani cyber-security risk, pelaku usaha dapat menerapkan cyber-security risk management. Menurut Lawrence A. Gordon, seorang Profesor dari University of Maryland Institute for Advanced Computer Studies, cyber-security risk dapat dikelola dengan cara melakukan pengembangan teknis, kontrol internal, pengembangan perilaku karyawan dan kultur organisasi, melakukan information sharing, dan menerapkan asuransi pada cyber-security. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemungkinan terjadinya peretasan dan penyebaran informasi rahasia perusahaan. Untuk mengelola risiko pemasaran, pelaku bisnis dapat meningkatkan kualitas digital marketing dengan cara mengontrol output pemasaran digital atau mempekerjakan tenaga ahli di bidang tersebut. Perusahaan juga dapat melakukan diversifikasi metode pemasaran untuk mencapai target pemasarannya. Sedangkan untuk mengantisipasi risiko fraud, pelaku bisnis dapat menggunakan sistem transaksi yang didesain khusus untuk menghindari penipuan, misalnya sistem cash on delivery (CoD).

3.7 Hasil Penerapan Solusi dan Benefitnya

1. Core Company
Bagi Homeplus, tentunya sistem belanja QC code virtual shop ini sangat menguntungkan. Selain cara baru dalam berbelanja yang belum pernah ada sebelumnya di dunia, cara ini akan menghemat dari sisi pengeluaran tetap perusahaan. Maksudnya adalah dengan QC code virtual shop, Homeplus tidak perlu membangun toko disetiap pemukiman penduduk. Cukup dengan sistem pengantaran kerumah, kami sudah bisa melayani pelanggan. Tidak perlu lagi kami survei tempat untuk membangun toko, membayar tagihan-tagihan tetap bulanan, atau bahkan membangun toko itu sendiri.

Selain keuntungan dari segi fisik bangunan, sistem QC code virtual shop akan meningkatkan angka penjualan bagi perusahaan. Secara signifikan angka penjualan akan meningkat karena pelanggan bisa mengakses kegiatan jual beli dimana saja selama tersedia catalog dan perangkat handphone.

Bisnis e-commerce yang dikembangkan ini sesuai dengan target market yang di buat dan pengguna yang akan menjadi calon pembeli produk yang kita tawarkan. Dari analisa rantai nilai (value chain analysis) dapat di definisikan benefit yang akan diterima oleh perusahaan dengan menjalankan bisnis ini.

1. Revenue, dalam skala bisnis keuntungan dapat di ambil dari berbagai rantai yang terjadi selama bisnis ini berjalan. Tentu saja utamanya dalah pendapatan dari selisih harga jual dan harga beli yang terjadi pada semua transaksi yang ada.

2. Iklan, perusahaan ini menggunakan sistem virtual store dimana katalog produk yang di tawarkan dapat di display melalui beberapa metode.

– Brochure: perusahaan menggunakan brosur yang sudah dilengkapi dengan barcode untuk trasaksi pembelian oleh user dengan menggunakan handphone.
– Pamflet dan poster yang di pasang di lokasi strategis dimana target customer berada. Dari pemasangan pamflet dan brosur ini perusahaan bisa menarik fee untuk promosi produk kepada produsen dari produk yang kita pasarkan.

3. Cost saving, dengan menggunakan teknologi informasi semua transaksi dengan pelanggan dapat dilakukan secara vitual dengan tidak mengunakan tenaga kerja sehingga bisa menghemat cost operasional perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan keunggulan perusahaan dari sisi cost dan harga jual.

4. Ketepatan delivery, dengan menggunakan ERP yang dipadukan dengan suply chain untuk kepentingan logistik dan distribusi produk yang diperjualbelikan, paling tidak perusahaan bisa mendapatkan dua benefit;

– Jaminan akan adanya sistem delivery yang handal sehingga tingkat kepastian pengiriman barang ke pelanggan lebih dapat andalkan.

– Jaminan akan kepastian untuk mendapatkan barang dari suplier atau produser yang lebih terpercaya karena sudah ada sistem yang mengatur secara online atas semua produk yang di butukan.

5. Sistem pembayaran online memungkinkan perushaan nntuk menerima pembayaran saat transaksi dilakukan. Dengan bekerjasama dengan online banking juga memudahkan pelanggan untuk melakukan pembayaran dengan relatif mudah.

2. Stakeholders

Seperti ditabulasikan pada Tabel 1, bahwa perkembangan kepemilikan mobile phonepada tahun 2015 akan mencapai 4,85 billion user. Itu artinya lebih dari setengah umat manusia di planet ini (67% dengan jumlah populasi sebersar 7,25 billion ditahun 2015) akan menggunakan handphone. Wilson Kerr, seorang pakar dalam urusan pembangunan situs dan e-commerce¬ menyatakan bahwa m-commerce akan meledak dikemudian hari sehingga ada baiknya seluruh perusahaan yang bergerak dibidang e-commerce¬ perlu menjadi perusahaan yang bergerak dibidang m-commerce (diy-marketing.blogspot.com). Hal ini akan sangat berkaitan dengan jumlah transaksi perbankan yang bekerja sama dengan persusahaan kami.

Bayangkan bila akan banyak orang, terutama wanita karir yang membawa handphone atau tab dan mereka bisa berbelanja distasiun kereta atau terminal tanpa harus menenteng keranjang atau kantong plastik. Mereka cukup memfoto QR code dari komoditi yang akan mereka beli dan menunggu dirumah. Jumlah transaksi perbankan mereka, terutama kartu kredit akan meningkat signifikan. Contoh nyata penerapan QR code dapat meningkatkan penjualan adalah pada perusahaan Verizon. Penjualan Verizon mengingkat 200% dalam jangka waktu satu minggu promosi. Bila diuangkan maka pendapatan Verizon bertambah US$ 35.000 untuk biaya promosi sekitar US$ 1000. Verizon menggunakan sarana social media seperti Facebook untuk promosi barangnya (www.instant.ly).

Benefit yang lain juga akan didapatkan oleh stakeholder tapi lebih banyak mereka menerima benefit atau manfaat dari penggunaan jasa yang merekan tawarkan ke perusahaan. Sebagai contoh Bank akan menerima lebih banyak aliran transaksi keuangan dalam proses pembayaran, perusahaan logistic dan suply chain akan menjalin bisnis dengan perusahaan dengan menjadi bagian dari sistem expedisi barang yang di perdagangkan. Perusahaan internet dan telekomunikasi akan menerima lebih banyak income dari penggunaan pelayanan mereka yang makin meningkat.

BAB 4
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Homeplus merupakan sebuah online shop yang terintegrasi oleh sistem informasi yang berkualitas. Homeplus dalam bisnisnya didukung oleh sistem yang memungkinkan efisiensi dan efektifitas yang tinggi.Selain itu dukungan dari Tesco juga membuat Homeplus dapat kompetitif.

Penggunaan QR Code dan berbagai teknologi lainnya sesuai dengan pangsa pasar dari Homeplus sehingga memiliki pengaruh yang positif dalam penggunaannya. Homeplus sendiri memang menargetkan kelas menengah yang sedang berkembang dimana pada kelas tersebut sudah memiliki kemampuan mumpuni dalam bertransaksi secara online. Homeplus merupakan contoh kasus yang unik dimana sistem informasi yang baik dapat menjadi sesuatu nilai tambah bagi perusahaan.Sistem informasi memiliki peranan penting dalam bisnis Homeplus.

Analisis dan strategi untuk menghadapi competitive force pada perusahaan Homeplus, yaitu:

a. Potential entrants
Bisnis dengan menggunakan QR code adalah bisnis dengan dengan menggunakan teknologi dan sistem informasi. Dikarenakan perusahaan Homeplus bergerak dibidang distribusi pangan dan sudah memiliki ukuran tersendiri dalam produknya, maka untuk potensi ancaman dari pendatang baru akan berkurang. Karena tidak banyak toko ritel atau convenience store yang rela menginvestasikan uang mereka untuk teknologi QR code ini. Untuk kedepannya juga perusahaan Homeplus akan bekerja sama dengan beberapa convenience store demi kemudahan bertransaksi.Untuk membendung ancaman perdagangan dari pendatang baru, maka kami akan membuat jaringan bisnis yang lebih besar. Contohnya adalah kami mengambil konsep virtual shop dari Korea Selatan. Masyarakat Korea Selatan cukup memfoto QR code padacatalog atau banner yang terletak di stasiun-stasiun atau terminal dan mereka akan mendapatkan semacam notifikasi di handphone mereka.

b. Suppliers
Tidak bisa dipungkiri bahwa ketergantungan perusahaan Homeplus terhadap supplier cukup besar. Untuk menjaga komoditas kami tetap dalam keadaan standar minimum perusahaan, maka perusahaan Homeplus akan banyak membutuhkan supplier. Perusahaan Homeplus pun kurang memiliki kekuatan untuk tawar menawar dengan supplier karena ketergantungan kami cukup besar.Tanpa mereka, bisnis Homeplus akan tersendat karena tidak adanya komoditi yang akan kami jual. Yang bisa kami lakukan adalah memperbanyak jumlah suppliers agar pada saat satu tidak bisa memenuhi kebutuhan Perusahaan Homeplus, maka akan ada penggantinya.

c. Subtitutes
Perusahaan Homeplus optimis bahwa teknologi virtual shop ini belum memiliki produk pengganti dengan market share yang besar. Saingan perusahaan Homeplus adalah pasar tradisional dan tukang sayur keliling. Tapi sekali lagi, dikarenakan Secara jelas terlihat bahwa Homeplus belum memiliki perusahaan pengganti atau pesaing yang sejenis. Karena umumnya perusahaan ritel masih mengandalkan toko fisik., maka tidak akan menjadi masalah.

d. Bargaining power of costumer
Konsep virtual shop tidak memungkinkan untuk konsumen tawar menawar harga dengan pembeli karena tidak ada interaksi langsung. Tapi itu tidak menjadi alasan bahwa konsumen tidak memiliki bargaining power yang kuat.Bargaining power konsumen pada kasus Homeplus terletak saat konsumen ingin membeli produk dengan harga yang tidak kompetitif, maka konsumen akan beralih ke cara konvensional.Tapi dikarenakan kami tidak perlu membayar biaya-biaya selayaknya toko konvensional, seperti listrik, air telepon dan sewa gedung, maka harga yang Homeplus jual pun tidak akan lebih mahal dari toko konvensional.

e. Intensity of competitive rivalry
Perusahaan Homeplus menyatakan bahwa untuk indikator yang satu ini, Homeplus memiliki satu keuntungan besar, yaitu belum adanya kompetisi berimbang di pasar.. Akan tetapi untuk menutup potensi persaingan, maka strategi kami adalah dengan bekerja sama dengan convenience store lain seperti yang sudah dijelaskan di atas.
4.2 Saran
Pengembangan dimasa mendatang yang disarankan penulis akan diterapkan oleh perusahaan Homeplus, antara lain:
1. Bekerja sama dengan convenience store lain untuk tetap menjaga stabilitas penjualan.
2. Membangun banyak gudang penyimpanan agar cakupan bisnis perusahaan kami menjadi seluruh Indonesia atau bahkan mendunia.
3. Mengembangkan sebaran jumlah catalog Homeplus menjadi di gedung-gedung perkantoran.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. Hal-hal Penting dalam Sebuah Solusi bagi Manajemen Strategi Perusahaan Anda. 2013. Diakses pada http://ikhtisar.com/beberapa-hal-penting-dalam-sebuah-solusi/#sthash.Xf0fb3JF.dpuf
Bernard, S. A. (2012). An Introduction to enterprise architecture. Bloomington: AuthorHouse.
Burch, J.G., System, Analysis, Design, and Implementation, Boyd & Fraser Publishing Company, 1992.
Bria, T.A, 2012.-.Diakses pada e-journal.uajy.ac.id/402/3/2MTS01427.pdf
Dixon, M. (2013, August 29). 7 Benefits of Using a Mobile Business App. Retrieved May 10 2014, from http://info.groveis.com/: http://info.groveis.com/blog/bid/186170/7- Benefits-of-using-a-Mobile-Business-App
Drew, J. (2013, February). How to Develop and Publish Mobile App. Retrieved May 10, 2014, from http://www.journalofaccountancy.com/: http://www.journalofaccountancy.com/issues/2013/feb/20126350
Jogiyanto, Analisis dan Disain System Informasi, ANDI OFFSET Yogyakarta, 1990
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses pada http://kbbi.web.id/solusi
Lubis. 2011. – . Diakses pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26888/3/Chapter%20II.pdf
Narayanan, A. S. (2012). QR Codes and Security Solutions. International Journal of Computer Science and Telecommunications , 69-71.
Pujanto. 2009. Analisa Sistem. Diakses pada pujianto.blog.ugm.ac.id/files/2009/12/Apsi2.pdf
Rouse, M. (2013, January). Quick Response Code (QR Code). Retrieved May 10, 2014, from http://whatis.techtarget.com/: http://whatis.techtarget.com/definition/QR-code-quick- response-code
Satzinger, J. W., Jackson, R. B., & Burd, S. D. (2004). Object-Oriented Analysis and Design with the Unified Process. Boston: Course Technology.

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Nama : Arni Virani
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Juli 1993
Alamat : Interkota blok A5 no. 11, Cengkareng, Jakarta Barat
No. Telepon : 08197670261
Email : ni.arnie@live.com
Jenis Kelamin : Wanita
Riwayat Pendidikan :
2011-sekarang Sistem Informasi
School of Information System, BINUS University
2008-2011 SMA Tarsisius 1
2005-2008 SMP Vianney
1999-2005 SD Vianney
1996-1999 TK Damai

Pengalaman Kerja :
2011 Sales Promotion Antivirus, Softlenses, MasterCard.
2012 PIC Mid-Year Gathering Novartis
2013 Volunteer untuk SUA Jakarta


RIWAYAT HIDUP
Nama : David Santoso
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Juni 1993
Alamat : Jl. Taman Meruya Ilir Blok I2 No.24, Jakarta Barat 11620
No. Telepon : 08988246820
Email : Santosodavid93@gmail.com
Jenis Kelamin : Laki – laki
Riwayat Pendidikan :
2011-sekarang Sistem Informasi
Peminatan : ERP
School of Information System, BINUS University
2008-2011 SMA SMA Pelita 2
2005-2008 SMP SMA Pelita 2
1999-2005 SD SMA Pelita 2
1996-1999 TK SMA Pelita 2

Pengalaman Kerja :
2011 – Sales Promotion PT. Unilever Indonesia
– Credit Card Sales Marketting of PT.UOB Buana Indonesia
2012 Liaison Officer of Asean English Olympic by BNEC


RIWAYAT HIDUP
Nama : Hendy Salim
Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 4 maret 1992
Alamat : Jl. Haji taisir no 5, Jakarta Barat
No. Telepon : 087899844883
Email : hendisalim21@yahoo.com
Jenis Kelamin : Laki – laki
Riwayat Pendidikan :
2011-sekarang Sistem Informasi
Peminatan : ERP
School of Information System, BINUS University
2008-2011 SMA Immanuel Bandar Lampung
2005-2008 SMP Immanuel Bandar Lampung
1999-2005 SD Immanuel Bandar Lampung
1996-1999 TK Immanuel Bandar Lampung

Pengalaman Kerja : –

RIWAYAT HIDUP
Nama : Rendy Rinaldo
Tempat, TanggalLahir : Tanjungpinang, 12 Juni 1993
Alamat : Gg. Keluarga No. 39 B, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480
No. Telepon : 083873373828
Email : rendyrinaldo77@gmail.com
JenisKelamin : Laki – laki
RiwayatPendidikan :
2011-sekarang Sistem Informasi
Peminatan : ERP
School of Information System, BINUS University
2008-2011 SMAN 1 Tanjungpinang
2005-2008 SMPN 1 Tanjungpinang
1999-2005 SD Katolik
1996-1999 TK Djuwita

PengalamanKerja :
2013 Translator / Interpreter untuk Tech In Asia
2013 Volunteer untuk Startup Asia Jakarta
2012 – 2013 Tutor untuk kelas TOEFL dan PSP (Public Speaking and Performance)
2012 & 2013 Panitia di Binus Online Job Expo 2012 dan 2013

RIWAYAT HIDUP
Nama : Jennifer Pauling
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 November 1993
Alamat : Jl. 21 No.12 B RT01 RW08 Teluk Gong, Jakarta Utara 14450
No. Telepon : 083893953885
Email : jenniferpauling11@gmail.com
Jenis Kelamin : Perempuan
Riwayat Pendidikan :
2011-sekarang Sistem Informasi
Peminatan : ERP
School of Information System, BINUS University
2008-2011 SMA Negeri 1 Tanjungpinang
2005-2008 SMP Negeri 5 Tanjungpinang
1999-2005 SD Swasta Katolik Tanajungpinang
1996-1999 TK Djuwita Tanjungpinang

Pengalaman Kerja :
2011-now – Math, Physics, and Chemistry Teacher at Proverbs Course
2012-now – Duta Binusian as Mentor in BINUS Student Learning Community (BSLC)
– English TOEFL Intermediate One Tutor in Bina Nusantara English Club (BNEC)

RIWAYAT HIDUP
Nama : Toni Sugino
Tempat, Tanggal Lahir : Pontianak, 20 Juni 1993
Alamat : Jl. Batusari Raya No.80, Palmerah, Jakarta Barat
No. Telepon : 089602466815
Email : toni_sho@ymail.com
Jenis Kelamin : Laki – laki
Riwayat Pendidikan :
2011-sekarang Sistem Informasi
Peminatan : ERP
School of Information System, BINUS University
2008-2011 SMA Gembala Baik
2005-2008 SMP Gembala Baik
1999-2005 SD Gembala Baik
1996-1999 TK Gembala Baik

Pengalaman Kerja :
2013 Translator / Interpreter for Tech In Asia
2013 Liaison Officer / Volunteer for Startup Asia Jakarta

This entry was posted in Topik Topik Lanjutan SI. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *